Kita tau, bahwa kita dilahirkan tidak langsung seperti sekarang. Ada tahapannya dari mulai bayi, balita, dan seterusnya sampai tiba saatnya cap kedewasan kita emban. Jelas yaaa, kedewasaannya dari perspektif usia.
Dulu, yang kemana-mana selalu bersama orang tua, kini dengan keberaniannya memilih untuk sendiri. Iya. Sendiri. Mungkin ini penyebab seseorang yang telah menginjak usia 17 tahun, tapi belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Karena dengan percaya dirinya berdalih kesendirian adalah pilihan.
Tapi tenang, ada kalimat pembela yang cukup akurat buat mematahkan tongkat yang dipakai memukul hati. Apakah itu?, ialah kalimat "Semua Ada Masanya,". Cukup tiga kata saja, habislah mereka yang mencela kesendirianmu. Percayalah. Percayalah. Heuheuheu...
Anehnya, kalimat itu tidak hanya berlaku pada setatus kesendirian. Seolah-olah lem alteco, kalimat itu bisa melekat dimana saja dan kapan saja. Semisal, si Rijal dan si Nisa. Dihari liburnya, Rijal memilih menghabiskan waktu bersama rekan sepermainannya mengunjungi salah satu tempat wisata yang terkenal elok hamparan rumputnya.
Melihat rindangnya pohon berbaris itu dari ketinggian, datanglah bayang-bayang Nisa terenyum merasakan kesejukan yang sama. Rijal membayangkan alangkah sempurnanya jika keindahan alam ini disaksikan bersama Nisa wanita yang diidamkannya.
Tersadarlah lamunan Rijal oleh Arif temannya. Entah ilham dari mana, tiba-tiba Rijal berinisiatif membuat tulisan di handponenya yang dipadukan dengan latar belakang keindahan alam tersebut. Dibuatnya kalimat "Kapan kita kemana?" Yang rencananya, hasil dari foto yang diambil akan dikirim ke-Nisa setelah pulang dari tempat wisata, tepat disaat fajar turun, langit memerah cerah dan adzan magrib berkumandang.
Sesampainya dirumah, sesaat setelah istirahat, dikirimlah hasil jepretannya. Lagi-lagi Rijal selalu mengawali, dan kembali sadar diri untuk setia menanti.
Beberapa menit berlalu, penantiannya dia rasa selesai. Berderinglah telepon genggam miliknya. [karena pasang nada dering khusus] dia yakin kalau pesan itu balasan darinya. Dengan wajah yang sembringah, terkejut ia membaca balasan fic darinya.
Tiga kata itu kembali muncul, "Semua ada masanya."
Dari sini kita tau bahwa kalimat "Semua ada masanya," terkadang menjadi senjata ampuh untuk membuat kesal seseorang. Jadi semakin jelas, kalimat ini bisa buat mematahkan banyak pertanyaan juga pernyataan, termasuk pembelaan bagi kaum yang mempertahankan kesendirian.
Heuheuheu......
Dulu, yang kemana-mana selalu bersama orang tua, kini dengan keberaniannya memilih untuk sendiri. Iya. Sendiri. Mungkin ini penyebab seseorang yang telah menginjak usia 17 tahun, tapi belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Karena dengan percaya dirinya berdalih kesendirian adalah pilihan.
Tapi tenang, ada kalimat pembela yang cukup akurat buat mematahkan tongkat yang dipakai memukul hati. Apakah itu?, ialah kalimat "Semua Ada Masanya,". Cukup tiga kata saja, habislah mereka yang mencela kesendirianmu. Percayalah. Percayalah. Heuheuheu...
Anehnya, kalimat itu tidak hanya berlaku pada setatus kesendirian. Seolah-olah lem alteco, kalimat itu bisa melekat dimana saja dan kapan saja. Semisal, si Rijal dan si Nisa. Dihari liburnya, Rijal memilih menghabiskan waktu bersama rekan sepermainannya mengunjungi salah satu tempat wisata yang terkenal elok hamparan rumputnya.
Melihat rindangnya pohon berbaris itu dari ketinggian, datanglah bayang-bayang Nisa terenyum merasakan kesejukan yang sama. Rijal membayangkan alangkah sempurnanya jika keindahan alam ini disaksikan bersama Nisa wanita yang diidamkannya.
Tersadarlah lamunan Rijal oleh Arif temannya. Entah ilham dari mana, tiba-tiba Rijal berinisiatif membuat tulisan di handponenya yang dipadukan dengan latar belakang keindahan alam tersebut. Dibuatnya kalimat "Kapan kita kemana?" Yang rencananya, hasil dari foto yang diambil akan dikirim ke-Nisa setelah pulang dari tempat wisata, tepat disaat fajar turun, langit memerah cerah dan adzan magrib berkumandang.
Sesampainya dirumah, sesaat setelah istirahat, dikirimlah hasil jepretannya. Lagi-lagi Rijal selalu mengawali, dan kembali sadar diri untuk setia menanti.
Beberapa menit berlalu, penantiannya dia rasa selesai. Berderinglah telepon genggam miliknya. [karena pasang nada dering khusus] dia yakin kalau pesan itu balasan darinya. Dengan wajah yang sembringah, terkejut ia membaca balasan fic darinya.
Tiga kata itu kembali muncul, "Semua ada masanya."
Dari sini kita tau bahwa kalimat "Semua ada masanya," terkadang menjadi senjata ampuh untuk membuat kesal seseorang. Jadi semakin jelas, kalimat ini bisa buat mematahkan banyak pertanyaan juga pernyataan, termasuk pembelaan bagi kaum yang mempertahankan kesendirian.
Heuheuheu......
Komentar
Posting Komentar