Langsung ke konten utama

Malam Kita Berbeda

Mentari berganti rembulan yang senantiasa menerangi malam bersama bintang-bintang di atas langit yang sama. Kamu ga percaya?, coba saja tengok keluar, tengok indahnya malam menyaksikan cumbuan bulan pada bintang yang terlihat saling melengkapi.. eeuhh mesranya... heuheuheu...

Jadi ingat tepat di bawah  patung kuda, kau dengan pop ice coklatmu, dan aku setia dengan kopi hitamku. Ceritamu, ceritaku menjadi penghias obrolan malam itu. Kau bercerita duniamu akupun begitu. Haha.. Ternyata kita beda dunia.. iya, beda dunia..wkwk tapi langit kita tetap sama, malam kitapun tak jauh berbeda.

"Loh ko beda?"  Ia sedikit beda.. malam ku dihiasi rindu, gemulai nya pohon bambu menghiburku, aahh sayang nya jangkrik-jangkrik malah mencela ku.. huufft..

"Mampus.. kau hanya sebatas angin, menghembus halus lalu dianggap tiada." Jangkrik itu Bilangnya begitu pada ku. Huh. Memang jahat jangkrik itu.. paling seneng kalo liat aku menahan rindu.. huufftt

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggalan Kisahmu

 Aku membaca penggalan kisahmu yang kau tuliskan penuh rasa, penuh emosi. Loncatan kata-kata yang hidup, hingga tenangnya, risaunya, harapannya, rindunya begitu asik bermain dalam jiwaku. Aku seperti tumpukan pasir yang kau mainkan saat usiamu balita. Satu waktu, tepat di ruang tamu. Kita duduk berhadapan. Hanya terpisah oleh toples berisi cemilan. Aku bertanya penuh kehati-hatian perihal tulisan-tulisanmu yang berceceran. Kau seolah mengerti maksudku. "Itu, dulu!" Katamu. "Owh, dulu. Baiklah, terus-terus?" Kataku. Aku seperti penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang. Kau dalangnya yang mengisahkan perjalanan Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang. Aku hanya diam terpana. Betapa asyiknya kisahmu dengan nya sekaligus betapa perihnya perasaanku ketika mendengarnya. Rumah, 04/05/2023

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my