Langsung ke konten utama

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang

Burung-burung hantu kembali pulang

Mata yang kunang-kunang

Namun tanya tak kunjung lekang


Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran?

Embun pagi tak cukup menyejukkan

Panasnya perasaan


Riang bintang yang hampir padam

Bulan yang tinggal tenggelam

Harapan yang diam terpendam

Penghujung malam begitu mencekam


Kabut berdatangan

Menyamarkan pandangan

Namun, tanya itu semakin tajam


Akankah kita terus berjalan

Dalam samar-samar langkah

yang gusar oleh keadaan?


Kuningan, 27/01/22

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggalan Kisahmu

 Aku membaca penggalan kisahmu yang kau tuliskan penuh rasa, penuh emosi. Loncatan kata-kata yang hidup, hingga tenangnya, risaunya, harapannya, rindunya begitu asik bermain dalam jiwaku. Aku seperti tumpukan pasir yang kau mainkan saat usiamu balita. Satu waktu, tepat di ruang tamu. Kita duduk berhadapan. Hanya terpisah oleh toples berisi cemilan. Aku bertanya penuh kehati-hatian perihal tulisan-tulisanmu yang berceceran. Kau seolah mengerti maksudku. "Itu, dulu!" Katamu. "Owh, dulu. Baiklah, terus-terus?" Kataku. Aku seperti penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang. Kau dalangnya yang mengisahkan perjalanan Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang. Aku hanya diam terpana. Betapa asyiknya kisahmu dengan nya sekaligus betapa perihnya perasaanku ketika mendengarnya. Rumah, 04/05/2023

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my