Langsung ke konten utama

Di Persimpangan Nasib

Beginilah hirup pikuk perkuliahan
Bangun pagi memang sudah menjadi kewajiban
Pulang sore dengan dalih mengikuti kegiatan
Padahal mata kuliah cuman satu pertemuan

Menunggu kepastian dosen
Bukan karena konsisten
Bukan juga karena ingin terlihat keren
Padahal kehadiran bukanlah tolak ukur kesuksesan

Setelah senyum sapa tatap muka
Kongkow ngopi ngeroko sudah menjadi hal biasa
Ngobrol sains keilmuan agak anti dan kebingungan
Padahal itu sudah menjadi keharusan

Diam dianggap apatis
Keloyongan dibilang tukang ngabisin uang
Ikut organisasi dibilang ngapain si
Ngulik tugas mata kuliah dibilang buat apa
Toh ipk bukan tujuan kita

Jadi mesti bagaimana?

Selamat datang di dunia perkuliahan
Dimana yang menurutmu begini bisa jadi begitu
Dimana menurutmu ke sini bisa jadi ke situ
A bisa jadi B
B bisa jadi C
Begitupun seterusnya sampai kau mau mengikuti apa katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my

Semua Ada Masanya

Kita tau, bahwa kita dilahirkan tidak langsung seperti sekarang. Ada tahapannya dari mulai bayi, balita, dan seterusnya sampai tiba saatnya cap kedewasan kita emban. Jelas yaaa, kedewasaannya dari perspektif usia. Dulu, yang kemana-mana selalu bersama orang tua, kini dengan keberaniannya memilih untuk sendiri. Iya. Sendiri. Mungkin ini penyebab seseorang yang telah menginjak usia 17 tahun, tapi belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Karena dengan percaya dirinya berdalih kesendirian adalah pilihan. Tapi tenang, ada kalimat pembela yang cukup akurat buat mematahkan tongkat yang dipakai memukul hati. Apakah itu?, ialah kalimat "Semua Ada Masanya,". Cukup tiga kata saja, habislah mereka yang mencela kesendirianmu. Percayalah. Percayalah. Heuheuheu... Anehnya, kalimat itu tidak hanya berlaku pada setatus kesendirian. Seolah-olah lem alteco, kalimat itu bisa melekat dimana saja dan kapan saja. Semisal, si Rijal dan si Nisa. Dihari liburnya, Rijal memilih menghabiskan w