Langsung ke konten utama

Di Persimpangan Nasib

Beginilah hirup pikuk perkuliahan
Bangun pagi memang sudah menjadi kewajiban
Pulang sore dengan dalih mengikuti kegiatan
Padahal mata kuliah cuman satu pertemuan

Menunggu kepastian dosen
Bukan karena konsisten
Bukan juga karena ingin terlihat keren
Padahal kehadiran bukanlah tolak ukur kesuksesan

Setelah senyum sapa tatap muka
Kongkow ngopi ngeroko sudah menjadi hal biasa
Ngobrol sains keilmuan agak anti dan kebingungan
Padahal itu sudah menjadi keharusan

Diam dianggap apatis
Keloyongan dibilang tukang ngabisin uang
Ikut organisasi dibilang ngapain si
Ngulik tugas mata kuliah dibilang buat apa
Toh ipk bukan tujuan kita

Jadi mesti bagaimana?

Selamat datang di dunia perkuliahan
Dimana yang menurutmu begini bisa jadi begitu
Dimana menurutmu ke sini bisa jadi ke situ
A bisa jadi B
B bisa jadi C
Begitupun seterusnya sampai kau mau mengikuti apa katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggalan Kisahmu

 Aku membaca penggalan kisahmu yang kau tuliskan penuh rasa, penuh emosi. Loncatan kata-kata yang hidup, hingga tenangnya, risaunya, harapannya, rindunya begitu asik bermain dalam jiwaku. Aku seperti tumpukan pasir yang kau mainkan saat usiamu balita. Satu waktu, tepat di ruang tamu. Kita duduk berhadapan. Hanya terpisah oleh toples berisi cemilan. Aku bertanya penuh kehati-hatian perihal tulisan-tulisanmu yang berceceran. Kau seolah mengerti maksudku. "Itu, dulu!" Katamu. "Owh, dulu. Baiklah, terus-terus?" Kataku. Aku seperti penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang. Kau dalangnya yang mengisahkan perjalanan Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang. Aku hanya diam terpana. Betapa asyiknya kisahmu dengan nya sekaligus betapa perihnya perasaanku ketika mendengarnya. Rumah, 04/05/2023

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my