Langsung ke konten utama

"Apa Maksud Mu?"

Jadi begini temen-temen. Mungkin ada yang sudah membacanya, atau justru baru sekarang membukanya. Tak masalah, itu semua ada di kendali temen-temen. Hehe..
Mungkin, ada yang penasaran dengan apa yang telah dibaca sebelumnya di "Jejak Langkah," ini. "Maksudnya apa? Arahnya kemana? Apa saja isinya? Ko' temen gua kieungan nulis-nulis ga jelas gitu?," Seperti itu kalo boleh ku ramal tentang yang ada dipikiran pembaca.

Seperti yang telah temen-temen pembaca temui sebelumnya, jejak langkah menyajikan luapan hati dan pikiran. Jadi, jangan aneh kalo nanti temen-temen temui bait-bait puisi, cerita-cerita langkah kaki, bahkan curahan hati si-penulis. Lebih dari itu, nanti kita temui bersama apakah langkah ini penuh duri atau justru hanya hepi-hepi.

Ini sapaku untuk kembali mencairkan kopi yang sudah beberapa menit tak tersentuh. "Sing jadi ageur," kalo kata Mang Arip mah begitu. Heuheuheu..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my

Semua Ada Masanya

Kita tau, bahwa kita dilahirkan tidak langsung seperti sekarang. Ada tahapannya dari mulai bayi, balita, dan seterusnya sampai tiba saatnya cap kedewasan kita emban. Jelas yaaa, kedewasaannya dari perspektif usia. Dulu, yang kemana-mana selalu bersama orang tua, kini dengan keberaniannya memilih untuk sendiri. Iya. Sendiri. Mungkin ini penyebab seseorang yang telah menginjak usia 17 tahun, tapi belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Karena dengan percaya dirinya berdalih kesendirian adalah pilihan. Tapi tenang, ada kalimat pembela yang cukup akurat buat mematahkan tongkat yang dipakai memukul hati. Apakah itu?, ialah kalimat "Semua Ada Masanya,". Cukup tiga kata saja, habislah mereka yang mencela kesendirianmu. Percayalah. Percayalah. Heuheuheu... Anehnya, kalimat itu tidak hanya berlaku pada setatus kesendirian. Seolah-olah lem alteco, kalimat itu bisa melekat dimana saja dan kapan saja. Semisal, si Rijal dan si Nisa. Dihari liburnya, Rijal memilih menghabiskan w