Langsung ke konten utama

"Apa Maksud Mu?"

Jadi begini temen-temen. Mungkin ada yang sudah membacanya, atau justru baru sekarang membukanya. Tak masalah, itu semua ada di kendali temen-temen. Hehe..
Mungkin, ada yang penasaran dengan apa yang telah dibaca sebelumnya di "Jejak Langkah," ini. "Maksudnya apa? Arahnya kemana? Apa saja isinya? Ko' temen gua kieungan nulis-nulis ga jelas gitu?," Seperti itu kalo boleh ku ramal tentang yang ada dipikiran pembaca.

Seperti yang telah temen-temen pembaca temui sebelumnya, jejak langkah menyajikan luapan hati dan pikiran. Jadi, jangan aneh kalo nanti temen-temen temui bait-bait puisi, cerita-cerita langkah kaki, bahkan curahan hati si-penulis. Lebih dari itu, nanti kita temui bersama apakah langkah ini penuh duri atau justru hanya hepi-hepi.

Ini sapaku untuk kembali mencairkan kopi yang sudah beberapa menit tak tersentuh. "Sing jadi ageur," kalo kata Mang Arip mah begitu. Heuheuheu..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggalan Kisahmu

 Aku membaca penggalan kisahmu yang kau tuliskan penuh rasa, penuh emosi. Loncatan kata-kata yang hidup, hingga tenangnya, risaunya, harapannya, rindunya begitu asik bermain dalam jiwaku. Aku seperti tumpukan pasir yang kau mainkan saat usiamu balita. Satu waktu, tepat di ruang tamu. Kita duduk berhadapan. Hanya terpisah oleh toples berisi cemilan. Aku bertanya penuh kehati-hatian perihal tulisan-tulisanmu yang berceceran. Kau seolah mengerti maksudku. "Itu, dulu!" Katamu. "Owh, dulu. Baiklah, terus-terus?" Kataku. Aku seperti penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang. Kau dalangnya yang mengisahkan perjalanan Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang. Aku hanya diam terpana. Betapa asyiknya kisahmu dengan nya sekaligus betapa perihnya perasaanku ketika mendengarnya. Rumah, 04/05/2023

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my