Langsung ke konten utama

"Kemana Kau Pergi?," Kata Ku.

Tak terasa cahaya menuntunku pada kegelapan malam. Awan-awan dengan bisikan angin tak sengaja menutupi bulan. Begitupun awan-awan mu menutupi surat kabar dariku. Obrolan yang ku lontarkan mungkin berada di posisi bawah tertiup bisikan angin baru.

Hanya ada dua kemungkinan. Tetap gelap terhalang, atau justru turun hujan, dan ikut hanyut semakin dalam. Pertanyaannya, apakah benar itu terjadi? atau hanya sekedar ilusi karena aku tak punya bukti. Biarlah, mungkin jawab sebagian orang begitu yang meng-atas namakan cinta sejati.

Lain dari itu, kutemui sebagian orang lagi yang lebih kritis menanggapi hal macam ini. Dikirimnya kabar atau hanya sekedar salam ~kode~ yang disingkat "P" pengganti "PING!" kalo di BBM, tepat pada pukul 19.03.

Ditunggunya beberapa detik dengan harap terjadi komunikasi dua arah karena kata 'Online' tertera di atas pojok kiri, di bawah nama kontak yang ia beri. Ternyata, tidak sesuai dengan yang diinginkan hati, kata itu tiba-tiba menghilang begitu saja.

Mengisi waktu me-nunggunya, dikirimlah kabar-kabar keseharian yang terlihat sibuk di mata orang, dengan harapan yang sama [mendapat perhatian yang ditandai dengan balasan]. Hingga tak terasa, kopi belum dibuatnya. Padahal, teko sudah memanggilnya dengan siulan pertanda air sudah matang. Sadarlah ia terkejut meninggalkan media sosial.

Lima menit waktu sedikit bermanfaat digunakan untuk membuat secangkir kopi. Dilihatnya kembali handpone miliknya, ternyata masih centang dua berwana abu pucat. Iya pucat. Seperti wajahnya yang heran belum mendapatkan balasan.

Kini waktu diisi dengan sekedar melihat romantisme-romantisme kehidupan kontak WhatsAppnya. Sesekali kembali, dan masuk lagi, kembali dan dilihat lagi. Hingga tak terasa waktu menunjukan pukul 22.31 setelah beberapa kali bergantian bermain PES-2013.

Terkejut abang terheran-heran..

Chatnya tak kunjung ada balasan. Dibukanya status yang diunggahnya pada pukul 19.22, diklik, lalu dilihat siapa saja yang telah meng-skip status kemenangan pertarungan PES nya.
"Sialaann..!! Ternyata dia telah melihat statusku pada pukul 19.31. Berarti, selama ini dia online, dan memang enggan membalas kabar-kabar dari ku... huuffttt," katanya dalam hati, merasa diabaikan.

Heuheuheu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my

Semua Ada Masanya

Kita tau, bahwa kita dilahirkan tidak langsung seperti sekarang. Ada tahapannya dari mulai bayi, balita, dan seterusnya sampai tiba saatnya cap kedewasan kita emban. Jelas yaaa, kedewasaannya dari perspektif usia. Dulu, yang kemana-mana selalu bersama orang tua, kini dengan keberaniannya memilih untuk sendiri. Iya. Sendiri. Mungkin ini penyebab seseorang yang telah menginjak usia 17 tahun, tapi belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Karena dengan percaya dirinya berdalih kesendirian adalah pilihan. Tapi tenang, ada kalimat pembela yang cukup akurat buat mematahkan tongkat yang dipakai memukul hati. Apakah itu?, ialah kalimat "Semua Ada Masanya,". Cukup tiga kata saja, habislah mereka yang mencela kesendirianmu. Percayalah. Percayalah. Heuheuheu... Anehnya, kalimat itu tidak hanya berlaku pada setatus kesendirian. Seolah-olah lem alteco, kalimat itu bisa melekat dimana saja dan kapan saja. Semisal, si Rijal dan si Nisa. Dihari liburnya, Rijal memilih menghabiskan w