Langsung ke konten utama

Mengingatkan Apa Mencoba Perhatian?

Selamat pagi harapan, jangan lupa sarapan.😁 Kalimat utamanya mungkin hanya itu, iya itu saja, sekedar mengingatkan atau bahkan mencoba perhatian. Heuheuheu...

Aku tak berharap kau membacanya, toh ini hanya tulisan ga jelas, tak berarti dan tak ada maksud menyinggung hati. 🤭

"Tak masalah", iya bgitu. Kalimat yang ku harap saat ponsel mu berbunyi ada pesan dariku. Semoga saja begitu, iya begitu. Hanya kalimat "Tak masalah", yang keluar dari mulutmu atau kau hanya mengucapkannya dalam hati. Aku bersyukur akan hal itu bila memang terjadi. Hehehe...

"Aduhh.. aku ga ngerti kamu nulis apa". Mungkin slanjutnya kamu akan berfikir kesitu. Wgwg.. "Tapi gpp". Balas ku dalam hati pula. 😅  inipun aku tulis bersamaan dengan omongan hati yang tak terucap, jadi hanya mampu ku ketik dengan kedua jempol tanganku, sambil tiduran beralaskan kasur yang d bungkus rapi menggunakan sprai ibuku.

Heuheu... malah makin bingung membacanya.😅 Aku jawab lagi "gpp". Aku tau kau kurang menyukai kata-kata, tapi aku tau juga kau hobi membaca. Buktinya?. Centang dua berwarna biru tertera dalam WA ku. Heuheuheu...

"Ahhh so Tau". Mungkin kata mu begitu kali ini. Tapi aku balas lagi "Gpp". Karena hobiku menerka-nerka. Iya menerka-nerka. Menerka kalo kamu merindukan sosok spertiku.. hahaha... "GR Si Yayat mah"😄. Semoga saja kalimat itu hanya terkaanku juga, tak terucap olehmu.. wkwkwk...

Entahlah 😄... ini hanya sebatas surat pembuka pagi ini yang ku rilis khusus untuk mu. Iya, ini untuk mu. Untuk mu yang ku semogakan.. 💃🏻 hehe..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggalan Kisahmu

 Aku membaca penggalan kisahmu yang kau tuliskan penuh rasa, penuh emosi. Loncatan kata-kata yang hidup, hingga tenangnya, risaunya, harapannya, rindunya begitu asik bermain dalam jiwaku. Aku seperti tumpukan pasir yang kau mainkan saat usiamu balita. Satu waktu, tepat di ruang tamu. Kita duduk berhadapan. Hanya terpisah oleh toples berisi cemilan. Aku bertanya penuh kehati-hatian perihal tulisan-tulisanmu yang berceceran. Kau seolah mengerti maksudku. "Itu, dulu!" Katamu. "Owh, dulu. Baiklah, terus-terus?" Kataku. Aku seperti penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang. Kau dalangnya yang mengisahkan perjalanan Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang. Aku hanya diam terpana. Betapa asyiknya kisahmu dengan nya sekaligus betapa perihnya perasaanku ketika mendengarnya. Rumah, 04/05/2023

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my