Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Semua Ada Masanya

Kita tau, bahwa kita dilahirkan tidak langsung seperti sekarang. Ada tahapannya dari mulai bayi, balita, dan seterusnya sampai tiba saatnya cap kedewasan kita emban. Jelas yaaa, kedewasaannya dari perspektif usia. Dulu, yang kemana-mana selalu bersama orang tua, kini dengan keberaniannya memilih untuk sendiri. Iya. Sendiri. Mungkin ini penyebab seseorang yang telah menginjak usia 17 tahun, tapi belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Karena dengan percaya dirinya berdalih kesendirian adalah pilihan. Tapi tenang, ada kalimat pembela yang cukup akurat buat mematahkan tongkat yang dipakai memukul hati. Apakah itu?, ialah kalimat "Semua Ada Masanya,". Cukup tiga kata saja, habislah mereka yang mencela kesendirianmu. Percayalah. Percayalah. Heuheuheu... Anehnya, kalimat itu tidak hanya berlaku pada setatus kesendirian. Seolah-olah lem alteco, kalimat itu bisa melekat dimana saja dan kapan saja. Semisal, si Rijal dan si Nisa. Dihari liburnya, Rijal memilih menghabiskan w

"Kemana Kau Pergi?," Kata Ku.

Tak terasa cahaya menuntunku pada kegelapan malam. Awan-awan dengan bisikan angin tak sengaja menutupi bulan. Begitupun awan-awan mu menutupi surat kabar dariku. Obrolan yang ku lontarkan mungkin berada di posisi bawah tertiup bisikan angin baru. Hanya ada dua kemungkinan. Tetap gelap terhalang, atau justru turun hujan, dan ikut hanyut semakin dalam. Pertanyaannya, apakah benar itu terjadi? atau hanya sekedar ilusi karena aku tak punya bukti. Biarlah, mungkin jawab sebagian orang begitu yang meng-atas namakan cinta sejati. Lain dari itu, kutemui sebagian orang lagi yang lebih kritis menanggapi hal macam ini. Dikirimnya kabar atau hanya sekedar salam ~kode~ yang disingkat "P" pengganti "PING!" kalo di BBM, tepat pada pukul 19.03. Ditunggunya beberapa detik dengan harap terjadi komunikasi dua arah karena kata 'Online' tertera di atas pojok kiri, di bawah nama kontak yang ia beri. Ternyata, tidak sesuai dengan yang diinginkan hati, kata itu tiba-tiba meng

Di Persimpangan Nasib

Beginilah hirup pikuk perkuliahan Bangun pagi memang sudah menjadi kewajiban Pulang sore dengan dalih mengikuti kegiatan Padahal mata kuliah cuman satu pertemuan Menunggu kepastian dosen Bukan karena konsisten Bukan juga karena ingin terlihat keren Padahal kehadiran bukanlah tolak ukur kesuksesan Setelah senyum sapa tatap muka Kongkow ngopi ngeroko sudah menjadi hal biasa Ngobrol sains keilmuan agak anti dan kebingungan Padahal itu sudah menjadi keharusan Diam dianggap apatis Keloyongan dibilang tukang ngabisin uang Ikut organisasi dibilang ngapain si Ngulik tugas mata kuliah dibilang buat apa Toh ipk bukan tujuan kita Jadi mesti bagaimana? Selamat datang di dunia perkuliahan Dimana yang menurutmu begini bisa jadi begitu Dimana menurutmu ke sini bisa jadi ke situ A bisa jadi B B bisa jadi C Begitupun seterusnya sampai kau mau mengikuti apa katanya.

"Apa Maksud Mu?"

Jadi begini temen-temen. Mungkin ada yang sudah membacanya, atau justru baru sekarang membukanya. Tak masalah, itu semua ada di kendali temen-temen. Hehe.. Mungkin, ada yang penasaran dengan apa yang telah dibaca sebelumnya di "Jejak Langkah," ini. "Maksudnya apa? Arahnya kemana? Apa saja isinya? Ko' temen gua kieungan nulis-nulis ga jelas gitu?," Seperti itu kalo boleh ku ramal tentang yang ada dipikiran pembaca. Seperti yang telah temen-temen pembaca temui sebelumnya, jejak langkah menyajikan luapan hati dan pikiran. Jadi, jangan aneh kalo nanti temen-temen temui bait-bait puisi, cerita-cerita langkah kaki, bahkan curahan hati si-penulis. Lebih dari itu, nanti kita temui bersama apakah langkah ini penuh duri atau justru hanya hepi-hepi. Ini sapaku untuk kembali mencairkan kopi yang sudah beberapa menit tak tersentuh. "Sing jadi ageur," kalo kata Mang Arip mah begitu. Heuheuheu..

Cinta Tak Harus Bersama

Heuheuheu.. Barapa kali putaran detik jam bergerak menuntun temannya silih berganti membawa kisah perjalanan ini. Tapi mengapa ia tak mampu membawa kabarmu kasih?. Mungkin itu yang sekarang ku herankan. Persemayaman mu di hatiku tak mungkin ku bangunkan, apalagi kubiarkan pergi. Hhmm.. sedikit sajak kusajikan untukmu yang tak kunjung datang. Biarlah waktu belum sempat membawa kabarmu. Sekarang biar angin yang menyampaikan salamku, kasih. Salamku untukmu kasihku dari dulu hingga kini Salamku untukmu belahan jiwaku selalu tertuju padamu Waktu tak bisa berkata tentang cinta kita yang telah tiada waktu juga tak bisa menghapus tentang rindu kita yang telah hangus Lewat angin kuingin sampaikan ku masih mencintaimu lewat setitik cahaya kuingin sampaikan ku masih merindukanmu Jangan kau hapus aku dari jiwamu jangan kau lelehkan lagi kenangan kita meski kita tak bersama bukankah cinta tak harus bersama?.

Semoga, Apa yang Disemogakan Dapat Tersemogakan.

Ini pagi apa malam?... Ntahlah... yang jelas rasanya tetap sama, dingin disertai hujan. Sperti itu memang. Tak ada pembahasan, tak ada pula balasan.. hemmm Malam meronda, pagi malah meronda lagi. Keduanyapun sama-sama merindu. Aahh.. pengen rasanya seperti bulan dan matahari, keduanya saling menerangi, tapi tau saling berganti pula. Apa itu petanda kalo kita memang tak bisa untuk bersama? Huufftt ... sepertinya ngga juga. Iya aku harap si begitu, itu hanya perumpamaan.. smoga memang iya hanya perumpamaan.. amiin.. Heuheuheu... lagi-lagi ga jelas ini ngomong apa. Mungkin pikirmu begitu. Ko dateng lagi, dateng lagi. Mungkin pikirmu begitu juga. Malah tambah bingung. Aku harapa si tak ada pikiran2 begitu. Mending tak apa kamu seperti angin malam yang dingin juga seperti bulan yang menerangi kegelapan. Itu saja, tak apalah tak dihiasi bintang, memang seperti itu nyatanya, awan awan itu menghalangi keindahan malam ini. Entah awan dari mu, ataupun awan dari ku. Entahlah.. aku tak mem

Mengingatkan Apa Mencoba Perhatian?

Selamat pagi harapan, jangan lupa sarapan.😁 Kalimat utamanya mungkin hanya itu, iya itu saja, sekedar mengingatkan atau bahkan mencoba perhatian. Heuheuheu... Aku tak berharap kau membacanya, toh ini hanya tulisan ga jelas, tak berarti dan tak ada maksud menyinggung hati. 🤭 "Tak masalah", iya bgitu. Kalimat yang ku harap saat ponsel mu berbunyi ada pesan dariku. Semoga saja begitu, iya begitu. Hanya kalimat "Tak masalah", yang keluar dari mulutmu atau kau hanya mengucapkannya dalam hati. Aku bersyukur akan hal itu bila memang terjadi. Hehehe... "Aduhh.. aku ga ngerti kamu nulis apa". Mungkin slanjutnya kamu akan berfikir kesitu. Wgwg.. "Tapi gpp". Balas ku dalam hati pula. 😅  inipun aku tulis bersamaan dengan omongan hati yang tak terucap, jadi hanya mampu ku ketik dengan kedua jempol tanganku, sambil tiduran beralaskan kasur yang d bungkus rapi menggunakan sprai ibuku. Heuheu... malah makin bingung membacanya.😅 Aku jawab lagi "g

Malam Kita Berbeda

Mentari berganti rembulan yang senantiasa menerangi malam bersama bintang-bintang di atas langit yang sama. Kamu ga percaya?, coba saja tengok keluar, tengok indahnya malam menyaksikan cumbuan bulan pada bintang yang terlihat saling melengkapi.. eeuhh mesranya... heuheuheu... Jadi ingat tepat di bawah  patung kuda, kau dengan pop ice coklatmu, dan aku setia dengan kopi hitamku. Ceritamu, ceritaku menjadi penghias obrolan malam itu. Kau bercerita duniamu akupun begitu. Haha.. Ternyata kita beda dunia.. iya, beda dunia..wkwk tapi langit kita tetap sama, malam kitapun tak jauh berbeda. "Loh ko beda?"  Ia sedikit beda.. malam ku dihiasi rindu, gemulai nya pohon bambu menghiburku, aahh sayang nya jangkrik-jangkrik malah mencela ku.. huufft.. "Mampus.. kau hanya sebatas angin, menghembus halus lalu dianggap tiada." Jangkrik itu Bilangnya begitu pada ku. Huh. Memang jahat jangkrik itu.. paling seneng kalo liat aku menahan rindu.. huufftt