Langsung ke konten utama

Tak Terganggu

Rasa kita, sayangku. Tak terganggu.

Kau masih ingat, kan? Saat lampu-lampu kota mulai dinyalakan setelah menyerap semua energi kita seharian. Di sebuah taman yang lengkap dengan kepura-puraan, ramai, tapi menyedihkan. Kau tiba-tiba tersenyum seperti orang yang baru menemukan kunci motor yang sebelumnya lupa di mana ia disimpan.

"Kenapa?" Kataku.

"Gpp."

"Aneh." Kataku lagi.

"Anehan mana sama belahan bumi ini?"

"Maksudmu?" Aku mulai penasaran.

"Yaa liat aja itu," sambil menunjuk sepasang kekasih yang turun dari mobil Pajero plat merah.

.

Aku tahu maksudmu. Aku merasakan perasaanmu. Kau lucu, imut, dan pengertian.


Warung kopi, 03 Mei 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggalan Kisahmu

 Aku membaca penggalan kisahmu yang kau tuliskan penuh rasa, penuh emosi. Loncatan kata-kata yang hidup, hingga tenangnya, risaunya, harapannya, rindunya begitu asik bermain dalam jiwaku. Aku seperti tumpukan pasir yang kau mainkan saat usiamu balita. Satu waktu, tepat di ruang tamu. Kita duduk berhadapan. Hanya terpisah oleh toples berisi cemilan. Aku bertanya penuh kehati-hatian perihal tulisan-tulisanmu yang berceceran. Kau seolah mengerti maksudku. "Itu, dulu!" Katamu. "Owh, dulu. Baiklah, terus-terus?" Kataku. Aku seperti penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang. Kau dalangnya yang mengisahkan perjalanan Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang. Aku hanya diam terpana. Betapa asyiknya kisahmu dengan nya sekaligus betapa perihnya perasaanku ketika mendengarnya. Rumah, 04/05/2023

Di Penghujung Malam

Dingin menyelinap di bawah pintu belakang Burung-burung hantu kembali pulang Mata yang kunang-kunang Namun tanya tak kunjung lekang Berapa lama kobaran kecemasan membakar pikiran? Embun pagi tak cukup menyejukkan Panasnya perasaan Riang bintang yang hampir padam Bulan yang tinggal tenggelam Harapan yang diam terpendam Penghujung malam begitu mencekam Kabut berdatangan Menyamarkan pandangan Namun, tanya itu semakin tajam Akankah kita terus berjalan Dalam samar-samar langkah yang gusar oleh keadaan? Kuningan, 27/01/22

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my