Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sendu

Adakah awan mengerti? ku rasa belum waktunya kau menyelimuti jalanku tak berhenti di sini krikil tajam di depan masih menanti Adakah hujan mengerti? ku rasa tidak tepat kau turun Belum usai cahaya mengurai rindunya pada rumput yang sendari tadi menunggu (19/1)2019 ~my

Benih Rindu

Kalanya benih pada kompos Yang menunggu lambaian tangan petani Ditaburnya segenggam pupuk Dibersihkannya rumput-rumput Terobatilah penantian itu Yang ditunggu Sesaat, selepas tumbuh Penantian kembali berlabuh Setelah itu, tumbuhlah harapan baru Tentang hari yang telah bertemu Melepas rindu Sesaat, kembali berlalu ~my

Tanpa Mu

Aku adalah ronin sendiri dalam sunyi tenggelam dalam mimpi berdarah ditusuk-tusuk sepi Aku adalah ronin senjatamu yang kau lupakan dalam perang dikedinginan malam Aku adalah ronin Tanpamu pelantaraku ~MY

Engkaulah Mawar itu

Engkaulah penyusun kata-kata Yang bersahaja mengisi makna-makna Eloknya kisah cinta Tak berwibawa jika kau tak ada di dalamnya Engkaulah mawar itu Pembawa cerita dalam setiap kelopak yang kau miliki kau tumbuhkan duri-duri hingga aku sulit memiliki mahkota yang kau lindungi Mawar, tetaplah bijaksana jagalah asa aura wibawa yang kau punya panjang umur-lah kelopak bunga hingga musim semi tiba tapi tidak untuk kita abadilah rasa cinta ~MY

Aku Semalam

Awan gelap menyelimuti dinginnya malam Bintang-bintang bersembunyi di dalamnya Tapi tidak untuk bulan, senantiasa menyinari, membawa mimpi, hingga terlelap dini. Terlepas dari cengkraman keramaian ku termenung sendirian dalam gelap kupersembahkan keluh syukur atas nikmat-Mu Tuhan Selepas isya kembali ku sapa maya Tak ada notif pelarut dahaga Hingga status terus kubuka Lebih baik tidur saja, dongengnya. Penuh syukur kupersembahkan Masih kuhirup udara yang Kau berikan Selamat pagi kehidupan Dimana langkahku, kembali diperhitungkan -my

Kasih Pembawa Kisah

Berapa putaran cahaya fajar-senja-hingga malam yang tenang takku ceritakan hari-hari ku bersamamu. Entah karena memang kau tak menyapaku, atau justru aku yang egois enggan mengabarimu. Nahh lohh... Sepertinya keduanya benar, tapi itu hanya sepertinya. Kau taulah sepertinya itu seperti apa. Ntah seperti angin malam yang dingin, atau justru seperti hujan yang tak tersampaikan pada tanah. Kering, tandus tak berhumus.  Engkau yang selalu kugambarkan dengan kata-kata, engkau yang kususun rapi dalam bait-bait, engkau juga yang selalu kuceritakan dalam sajak-sajak, kini entah kemana perginya. Apakah burung-burung itu tega membawaku terbang keluar angkasa, lalu diturunkannya di tengah-tengah ketinggian dan terjatuh ketepian? Atau kamu yang dibawa lari oleh pasukan ber-kuda dan aku dibiarkannya tertinggal hingga menjadi pedang tak bertuan? Lagi-lagi kujawab ntahlah. Engkau yang bermuara dalam ruang kedap suara, tak mungkin kubiarkan pergi begitu saja. Dirawatnya dirimu dalam setiap h